Minggu, 29 Agustus 2010

Dia Kekasih Allah



Malu rasanya mengatakan cinta kepada dia, kekasih Allah, karena dia insan utama sedangkan diriku insan biasa.
Ku pujuk juah hati dan jiwa, meluahkan rasa cinta membara, di dalam pujian ucapan sholawat, tanda penghargaan seorang umat.
Selagi upaya kuturuti ajarannya, apa terdaya kuamalkan sunnahnya, moga di dunia mendapat berkah, di akhirat sana peroleh syafa'at.
Karena pribadinya aku terpesona, karena budinya aku jatuh cinta, nantikanlah aku di taman syurga.
Sesungguhnya yang kudambakan adalah cinta Allah yang Esa, karena cinta kepada Rosulullah berarti cinta kepada Allah..
_hijjaz_
oleh Lailatul Qodariah pada 28 Agustus 2010 jam 16:22

Senin, 16 Agustus 2010

HADITS TENTANG ADZAN PADA TELINGA BAYI

Pada kesempatan kali ini, kita akan mencoba meluruskan pemahaman mengenai sebuah hadits yang amalannya sangat populer dikalangan masyarakat kita. Berikut arti dari Hadits Adzan di telinga kanan si bayi dan iqomah di telinga kirinya maka anak itu kelak tidak akan diganggu jin: “Barang siapa dianugrahi anak kemudian ia adzan di telinga kanannya dan iqomah di telinga kirinya maka anak itu kelak tidak akan diganggu jin”Hadits ini maudhu.Ibnu Sunni meriwayatkan dalam kitab Amalul Yaumi wal-lailati halaman 200, dan juga Ibnu Asakir II/182, dengan sanad dari Ibu Ya`la bin Ala ar-Razi, dari Marwan bin salim, dari talhah bin Ubaidillah al-Uqali, dari Husain bin Ali.Sanad Tersebut Maudhu` sebab Yahya bin Ala dan Marwan bin Salim deikenal sebagai pemalsu Hadits. Disamping itu, dalam periwayatan hadits diatas ada semacam unsur meremehkan atau mengagampangkan masalah. Hal itu diutarakan oleh al-Haitsami dalam kitab Majma az Zawa`id IV/59, Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan dalam sanadnya terdapat Marwan bin Sulaiman al-Ghifari, yang oleh muhadditsin riwayatnya ditinggalkan atau tidak diterima.Almanawi pensyarah kitab al-jami`ush shaghir berkata: Hadits ini dalam sanadnya terdapat Yahya bin Ali alBajali ar-Razi. Adz Dzahabi dalam kitab adh Dhuafa` wal-Matrukin berkata: “Ia pendusta dan pemalsu ” Itulah yang dinyatakan oleh Imam Ahmad.Menurut Muhammad Nashiruddin Al-Albani, kepalsuan diatas tidak banyak diketahui ulama. Buktinya banyak ulama kondang yang mengutarakan hadits diatas tanpa menyebutkan kemaudhu`an da kedha`fannya. Hal ini terutama dilakukan oleh ulama penulis atau pembuat kitab kitab wirid atau kitab kitan fadha`il. Misalnya, Imam Nawawi mengungkapkan hadits tersebut dengan perawi Ibnu Sunni. Namun tanpa memberi isyarat atau komentar kedha`ifan dan kemaudhu`an nya.Begitu pula dengan pensyaratan yakni Ibnu Ala. Ia pun tidak menyinggung tentang sanadnya sama sekali. Setelah itu datanglah ulama generasi berikutnya yakni Ibnu Taimiyah yang dapat dilihat dalam kitab al-Kalimuth Thayyib yang diikuti oleh muridnya Ibnu Qayyim yang diutarakan dalam kitab al Wabilush Shayyib. Namun keduanya menyinggung seraya berkata bahwa dalam sanadnya terdapat kedha`ifan.Setelah keduanya, datanglah generasi ulama berikutnya atau bahkan semasa dengan keduanya, tetapi tidak menginggung atau bahkan diam seribu basa dalam mengontari sanad hadits tersebut.Pada prinsipnya, sekalipun keduanya (Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim) telah terbebas dari aib mendiamkan hadits atau riwayat dha`if, namun tetap tidak bebas dari pengungkapan kedha`ifan suatu hadits. Maksudnya, apabila mengetahui kedha`ifan hadits tadi mengapa mereka masih mengutarakannya? Itu berarti hanya merupakan pernyataan kedha`ifan hadits tersebut dan bukannya menunjukan kemaudhu`an nya. Apabila tidak demikian maka sudah sepantasnya kedua imam yang agung itu tidak mengutarakan hadits tersebut diatas. Inilah yang pasti akan di pahami oleh orang orang yang meneliti dan mau menelaah kitab atau karya tulis kedua imam tadi.Yang membuat Muhammad Nasiruddin Al-Albani khawatir ialah para ulama generasi sesudah beliau menjadi terkecoh hingga dengan lantang berkata: “Tidak apa-apa karena hadits dha`if pun dapat dipakai untuk mengamalkan fadha`ilu-a`mal (amalan amalan yang mulia). Yang terjadi kemudian bahkan hadits itu dijadikan penguat hadits dha`if lainnya dengan meremehkan syarat mutlak yang harus ada yaitu hendaknya hadits tersebut tidak terlalu dha`if derajatnya. Sebagai bukti ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanad dha`if dari Abi Rafi` yang berkata: Aku telah melihat Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam mengumandangkan adzan pada telinga Hasan bil Ali ketika dilahirkan oleh Fatimah binti Muhammad.Imam Tirmidzi berkata Hadits ini shahih dan hendaknya di amalkan dengan dasar hadits tersebut. kemudian pensyarahnya yakni al-Mubar Kafuri setelah menjelaskan kedha`ifan sanad nya dengan dasar pernyataan para ulama, berkata: Apabila ditanya; bagaimana mungkin dapat diamalkan sedangkan hadits itu dha`if, maka jawabannya ialah: Memang benar hadits tersebut dha`if, akan tetapi menjadi kuat dengabn adanya riwayat lainnya yaitu hadits dari Husain bin Ali, yang di riwayatkan oleh Bau Ya`la al-Maushili dan Ibnu Suni”Coba kita perhatikan, Bagaimana mungkin hadits menjadi kuat atau dapat dikuatkan dengan adanya hadits maudhu? Dari mana datangnya kaidah tersebut? Sungguh yang demikian itu tidak ada kamusnya dalam sejarah para muhadditsin pada masa lalu hingga hari Qiyamat nanti. Menurut Muhammad Nasiruddin Al-Albani, yang demikian ini dapat terjadi tidak lain karena tidak mengenal kemaudhu`an hadits Husain bin Ali diatas dan juga karena terkecoh oleh komentar atas termuatnya riwayat tersebut dalam karya tulis ulama terkenal atau ulama yang dianggap menjadi panutan.Memang benar untuk menguatkan hadits Abi rafi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi itu adalah: adanya riwayat atau hadits atau hadits Ibnu Abbas yaitu: “Sesungguhnya Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam telah mengumandangkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika lahir dan mengumandangkan iqamah pada telinga kirinya. (Hadits tersebut telah dikeluarkan oleh Baihaqi dalam kitab Syi`b Iman berbarengan dengan hadits Hasan bin Ali)Kemudian Baihaqi berkata: “Kedua hadits tersebut dalam sanadnya terdapat kedha`ifan”. Pernyataan baihaqi tersebut telah diutarakan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab at-Tuhfah halaman 16.Namun tampaknya sanad hadits ini lebih baik ketimbang sanad hadits Hasan bin ali yang dapat dijadikan kesaksian atau penguat bagi hadits Rafi tadi. Bila demikian masalahnya, maka riwayat inilah sebagai penguat adanya adzan pada telinga sang bayi saat dilahirkan seperti tercantum dalam hadits Rafi riwayat Imam Tirmidzi tadi. Adapun mengenai mengumandangkan iqomah pada telinga kiri adalah riwayat gharib (asing).Namun kita kembali lagi pada pernyataan Imam Baihaqi bahwa “Kedua hadits tersebut dalam sanadnya terdapat kedha`ifan”. Dan Bagaimana mungkin hadits menjadi kuat atau dapat dikuatkan dengan adanya hadits maudhu? yang menurut Muhammad Nasiruddin Al-Albani, yang demikian ini dapat terjadi tidak lain karena tidak mengenal kemaudhu`an hadits tersebut dan juga karena terkecoh oleh komentar atas termuatnya riwayat tersebut dalam karya tulis ulama terkenal atau ulama yang dianggap menjadi panutan. Wallahu a`lam bish showab
(Sumber Rujukan: Silsillah hadits2 dhoif dan maudhu, Hadits NO 321, Asy-Syaikh Nasiruddin Al Albani)

Keajaiban Sederhana

Hidup itu anugrah…
Di waktu pagi ketika kita buka mata,
kita membuka hadiah yang telah dipersiapkan oleh Sang Pencipta untuk kita di setiap hari.
Hari yang baru,
nafas yang baru,
matahari yang masih bersinar,
orang-orang terkasih yang masih bersama kita,
dan keajaiban sehari-hari yang lainnya..
Pada hari Rabu 21 Juli 2010 yang lalu, hadiah untuk ku dari-NYA adalah kepercayaan untuk umur yang baru. Sebuah hadiah yang sangat besar dan berharga… penuh petualangan dan tanggung jawab baru.
Tetapi aku percaya perjalanan ku kedepan akan penuh dengan keajaiban, karena aku tau DIA; Kekasih jiwaku, Sahabat Sejati ku, Tuhan ku yang penuh kasih setia, senantiasa berjalan bersama-sama dengan ku.

Ada yang berubah dan ada yang tidak pernah berubah…
Aku merenungkan hal tersebut pada hari Rabu di bulan Juli yang lalu ketika aku menjalani hari pertama di usia ku yang baru.
Tradisi dirumah ku adalah kue dan nyanyian bagi yang berulangtahun dipagi hari [ tidak pernah berubah sampai saat ini ]
Ulang tahun ku ketika duduk di bangku SMA:
Aku mendapat beberapa kejutan dari sahabat-sahabat dan teman bermain ku. Kehadiran mereka didepan mata ku, tangan-tangan mereka yang memeluk dengan sungguh-sungguh meskipun berlumuran kue, telur mentah, tepung dan air comberan ( hehe..) sangat menyentuh hati ku.
Ulang tahun ku pada Rabu 21 Juli yang lalu bersama teman-teman SMA yang kini sudah nggak SMA lagi:
Kami menghabiskan waktu dengan jalan jalan bersama, bercanda seperti dulu dan berakhir makan di supermarket sambil reuni. Lalu aku dikejutkan oleh kue muffin blueberry mini dan sebuah korek api dari teman-teman untuk adegan tiup lilin bagi ku.
Yang berubah adalah teman putih abu-abu ku sekarang sudah semakin dewasa, sudah punya pekerjaan masing-masing ( “kantoran” hehe bukan “sekolahan” lagi).
Dan yang tidak berubah adalah ‘kehadiran’ mereka.
Aku mendapatkan banyak ucapan dan harapan di setiap hari ulang tahun ku.. Aku sangat bersyukur untuk itu..
Mmm..
Yang berubah adalah biasanya SMS di HP ku yang akan bunyi seharian di hari aku berulang tahun, Inbox HP ku akan penuh dengan ucapan dan harapan dari orang-orang terdekat yang namanya ada di phonebook HP ku. -itu dulu-.
Kini, yang penuh adalah twitter dan facebook ku. Banyak ‘mention’ selamat ulang tahun dan ‘wall’ selamat ulang tahun untuk ku, ratusan atau mungkin juga hampir mencapai ribuan (mungkin). Beberapa dari orang yang aku kenal, beberapa dari orang yang tidak ku kenal. Ada yang benar-benar dekat, ada juga yang seolah-olah dekat. Karena sejauh apapun, ketulusan bisa dirasakan dan pasti terasa di hati.

Mungkin, kecanggihan teknologi membuat SMS jadi ketinggalan jaman hehe.. atau memang sekarang jadi lebih murah dengan semakin banyaknya teknologi yang memfasilitasi kita untuk ngobrol. Benda-benda ajaib dan canggih dan mutakhir membuat segalanya jadi serba cepat, serba praktis, serba mudah, serba bisa dicapai. Kita bisa ngobrol dengan seluruh dunia, siapa pun yang tempatnya ada di ujung dunia sekali pun (asal sinyalnya kuat hehe).
” Kemudahan-kemudahan tersebut (teknologi) mempercepat kebutuhan kita dalam membuat keputusan-keputusan.” (aku mendengar kalimat itu diseminar kampus ku ;p).
Yaa… sangat membantu bagi pekerjaan dan segudang aktifitas kita.
Tapi, kenapa terasa seperti ada yang hilang ya….

Tapi kembali lagi, diantara semua yang berubah, ada yang tidak berubah.
Sahabat ku sejak SMP… Dorothy. Tanpa mempertimbangkan SMS, atau kemudahan lainnya. Mendatangi aku yang masih tertidur di balik selimut hari Rabu bulan Juli 2010 yang lalu, sebelum ia pergi ke kantor. Membawakan aku kue ( kali ini apple strudel-apfelstrudel) dan pernak-pernik lainnya sebagai hadiah ( khas dia sekali). Dan tidak lupa membawa buku curhat kami untuk ditukar dengan yang ada di aku. Seperti tahun-tahun yang lalu.
Tulus bukan tentang kue atau hadiah. Tapi tulus tentang bisikan doa dan harapan di telinga, tangannya yang terulur untuk memeluk, dan keberadaannya didepan mata ku.

Ketulusan yang dipancarkan sahabat-sahabatku dan orang-orang terkasih dalam hidup ku merupakan keajaiban sederhana yang menyentuh hati. Membuatku kembali bercermin, agar aku dapat menata diri ku lebih baik lagi, agar aku lebih banyak bersyukur dan belajar dari ketulusan-ketulusan yang aku terima. Agar aku membawa dampak yang baik bagi orang lain, agar aku membawa cahaya seperti mereka yang menerangi hidup ku. Salt & Light.

Ada yang berubah dan ada yang tidak pernah berubah
Ada yang datang untuk menetap, ada yang pergi untuk meninggalkan
Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa
Pasti akan dan pernah kita lewati
Namun yang akan tetap selamanya dan tidak akan pernah berubah hanya satu, Tuhan Yesus ; kuasa Nya yang tak terbatas, kasih setia-Nya kepada kita.

Kiranya tulisan ini dapat membawa keajaiban sederhana bagi teman-teman yang membacanya.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankan. Mohon maaf lahir&batin.

Minggu, 15 Agustus 2010

JANGAN MENUNGGU HARI PERHITUNGAN, karena hari itu SUDAH SAMPAI.


Semua sikap, pikiran, dan tindakan kita SUDAH DIPERHITUNGKAN, dan sudah digunakan untuk menetapkan kualitas hidup kita.

Perhatikanlah kualitas hidup kita DETIK ini.
...
Yang malas dan hanya menunggu diberi, menjadi pribadi yang mengeluh dan marah.

Yang jujur dan bekerja keras, menjadi pribadi yang damai dan tercukupi.

Ikhlaslah.

Jumat, 13 Agustus 2010

Ramadan dalam Bingkai TV

AMADAN merupakan bulan penyucian diri umat muslim dari segala dosa yang pernah diperbuat dalam kehidupannya. Karena itu, perlu ada dukungan lingkungan sosial yang kondusif agar tercipta sebuah kekhusyukan ibadah puasa. Penutupan tempat-tempat hiburan malam seperti kafe, spa, dan lokalisasi merupakan tindakan untuk menciptakan lingkungan sosial yang kondusif.

Namun, lebih dari itu, perlu juga diwaspadai penyebaran pesan media massa televisi, radio, surat kabar, dan majalah. Media massa, terutama televisi, mempunyai kontribusi besar dalam menciptakan lingkungan sosial yang buruk, terutama penyebaran gosip, mistis, pornografi, serta kekerasan di setiap rumah tangga.

Ramadan merupakan sarana media TV untuk mengeruk iklan sebesar-besarnya. Semua media TV berlomba memproduksi program siaran semenarik mungkin dengan tujuan membatu menghibur khalayak dalam menjalankan ibadah puasa. Namun, hal itu perlu diwaspadai karena tidak semua televisi memberikan program berkualitas pada bulan puasa.

Perubahan Konfigurasi

Dalam menyongsong Ramadan ini, media televisi telah merombak mata acara dan jam siaran dengan harapan bisa mengeruk pemirsa sebanyak-banyaknya. Beberapa pola perombakan yang dilakukan media televisi, antara lain, (1) mengubah konfigurasi acara. Perubahan tersebut dilakukan dengan memunculkan acara-acara baru, menghilangkan beberapa acara seperti infotainment saat siang.

Juga, ada penghalusan program acara. Jika pada hari biasa artis menggunakan busana pendek dan goyangannya vulgar, pada Ramadan ini diperhalus dengan artis berbusana muslim dan bergoyang santun. Upaya tersebut merupakan strategi televisi untuk tetap eksis mengeruk iklan sebesarnya-besarnya tapi tetap menghormati bulan puasa.

(2) Mengubah jenis produk yang diiklankan. Produk-produk yang berkaitan dengan nuansa Lebaran dan puasa lebih banyak diiklankan daripada produk sehari-hari. Tampilan-tampilan iklan akan disesuaikan dengan konteks Ramadan seperti artis iklan berbusana muslim.

(3) Perubahan performance televisi. Artis-artis atau presenter yang semula berbusana tanpa memperhitungkan aurat beramai-ramai menggunakan busana muslim ketika membawakan mata acara tertentu, meski acara itu tidak bersentuhan langsung dengan konteks Ramadan.

Pelanggaran Televisi

Penayangan program-program Ramadan di televisi tidak hanya mengundang apresiasi pemirsa, tapi juga mengundang kritik. Misalnya, program-program acara televisi pada masa Ramadan sebatas upaya mengejar ''rating'' semata. Program Ramadan cenderung miskin kreativitas dalam mengemas program Ramadan serta tidak ada konsistensi makna dan filosofi Ramadan yang direpresentasikan dalam teks maupun visualnya.

Berdasar hasil pemantauan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur 2009, program-program televisi yang ditayangkan menjelang buka puasa maupun sahur lebih didominasi hiburan daripada edukasi religius. Nilai entertainment tecermin mulai format programnya, pemilihan aktor/aktris, setting panggung, sampai formulasi teks dan visualisasinya.

Jika ada unsur religiusnya, itu pun tetap saja dikemas sebagai formula hiburan yang penuh canda tawa. Akibatnya, dalam membawakan acara, presenter masih berperilaku tidak santun, termasuk dalam menata kata yang cenderung kasar dan vulgar.

Gosip yang dikemas dalam acara infotainment juga masih mendominasi pada Ramadan dan tetap disiarkan saat siang. Infotainment sebagai warta hiburan mengandung perdebatan antara fakta dan sebuah isu. Hal tersebut dapat mengakibatkan disinformation atau missinformation khalayak dan akhirnya bisa menghilangkan esensi makna Ramadan di tengah khalayak.

Wacana Puasa

Kegagalan media televisi menstranfer pesan agama secara serius dalam program yang berkualitas dan sesuai konteks Ramadan disebabkan beberapa hal. Di antaranya, (1) media televisi lebih memilih mencari revenue (keuntungan) sebesar-besarnya daripada memberikan acara yang berkualitas dan dapat menambah pahala dalam bulan puasa. Media televisi seharusnya membuat program seperti sinetron Para Pencari Tuhan (PPT) di SCTV. Program itu sukses mencari revenue dan sukses memberikan nilai-nilai religiusitas.

(2) Kurang tegasnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam memberikan sanksi terhadap media penyiaran televisi yang melanggar standar program siaran (SPS) dan pedoman perilaku penyiaran (PPP). (3) Lemahnya peran dai dalam menjalankan peran penjaga gawang (gatekeeper) yang senantiasa mengingatkan bagaimana hendaknya agama diwacanakan dalam media televisi.

Menurut riset Santi Indra Astuti (2005), subtansi ibadah puasa di media televisi sering diwacanakan sebagai sebuah ritual yang menahan lapar dan haus. Menahan hawa nafsu diwujudkan dengan berbusana menutup aurat. Tapi, ketika Ramadan berlalu, busana muslim ditanggalkan dan para bintang kembali malang-melintang di layar kaca dengan busana yang biasa mereka kenakan.

Dalam upaya membatasi program acara media televisi yang bisa mengurangi esensi makna Ramadan, dibutuhkan pemantauan intensif oleh regulator (KPI) dan ketegasan dalam memberikan sanksi pelanggaran dalam bulan Ramadan. Selain itu, diperlukan masukan-masukan yang kondusif dari para ulama dalam memformulasikan program siaran saat Ramadan.

Yang terakkhir, diperlukan keihklasan pemilik media televisi untuk tidak mengejar revenue semata, tapi juga ikut memikirkan program televisi yang bisa menambah nilai-nilai Ramadan bagi khalayak. (*)

Heboh Malaikat Turun ke Ka'bah Ada di Youtube

JPNN - Padang Today

">klik untuk melihat foto
Foto: Youtube.com. []

Situs Youtube benar-benar menjadi sarana untuk menampilkan gambar atau video bagi siapa saja. Yang terbaru, sebuah gambar penampang (seluit) cahaya putih yang muncul di atas Ka'bah, Masjidil Haram, Makkah muncul di situs videoshare nomor wahid itu.

Video yang diunggah dengan nama akun richilayla sebenarnya muncul sejak tahun 2008. Richilayla sendiri disebut-sebut berusia 27 tahun dan berdomisili di Australia. Pada gambar tertulis tanggal 10/11/2008 pukul 08.51.

Gambar ini menjadi topik pembicaraan di situs jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter. Hanya saja, gambar malaikat turun ke Ka'bah ini belum diketahui keasliannya.

Diduga hanya efek dari cahaya kamera terhadap pencahayaan yang ada di Masjidil Haram tersebut. Gambar ini memang dikunjungi banyak orang. Setidaknya, pada Kamis (05/08/2010) sore sudah tercatat 443.446 kunjungan yang melihat gambar tersebut.(fuz/jpnn)

EMUA ORANG INGIN BERHASIL, TETAPI TIDAK SETIAP ORANG BERSEDIA BERUBAH.

SEMUA ORANG INGIN BERHASIL, TETAPI TIDAK SETIAP ORANG BERSEDIA BERUBAH.

Sebagian besar dari janji yang memenuhi langit adalah janji untuk berubah, tetapi yang diucapkan oleh orang-orang yang tersinggung dan marah jika dianjurkan untuk mengubah sikap dan cara-caranya.

MEMANG PERUBAHAN TIDAK MENJAMIN KEBERHASILAN, TETAPI TIDAK ADA KEBERHASILAN YANG BISA DICAPAI TANPA PERUBAHAN.

KUTIPAN DARI : Mario Teguh

Kamis, 12 Agustus 2010

" Cuma satu-satunya cara ... Untuk mencapai Nibbana."

“ Cuma satu-satunya cara O... para Bhikku...:

- Untuk mensucikan makhluk-makhluk.

- Untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis.

- Untuk mengakhiri derita dan duka cita.

- Untuk mencapai Jalan Benar.

- Untuk mencapai Nibbana.

Yaitu :

“ SATIPATTHANA “

( praktek pengerjaan perhatian atas 4 landasan kesadaran ):

Lv 1: Seorang bhikku dengan taat menjalani pengamatan fisik sebagai fisik, dengan kesadaran benar dan perhatian penuh. Sudah menyingkirkan ketamakan dan kebencian pada dunia.

Lv 2: Seorang bhikku dengan taat menjalani pengamatan perasaan sebagai perasaan, dengan kesadaran benar dan perhatian penuh. Sudah menyingkirkan ketamakan dan kebencian pada dunia.

Lv 3: Seorang bhikku dengan taat menjalani pengamatan pikiran sebagai pikiran, dengan kesadaran benar dan perhatian penuh. Sudah menyingkirkan ketamakan dan kebencian pada dunia.

Final lv: Seorang bhikku dengan taat menjalani pengamatan agama sebagai agama, dengan kesadaran benar dan perhatian penuh. Sudah menyingkirkan ketamakan dan kebencian pada dunia.”

LV 1: PERHATIAN PENUH PADA FISIK (KAYANUPASSANA). [PENCERAHAN: JHANA 1-3]

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melakukan pemerhatian fisik sebagai fisik?”

(Lv. 1: Perhatian Penuh Pada Nafas/Anapanasati)

ILMU TENAGA DALAM KALACHAKRA ES API

“Dalam hal ini, seorang bhikkhu menetapkan perhatian murni di hadapannya (artinya ia memperhatikan dengan waspada obyek meditasinya, yaitu pernapasan).

Dengan penuh perhatian ia menarik nafas.

Dengan penuh perhatian ia menghembus nafas.

Saat menarik nafas panjang ia tahu ia sedang menarik nafas panjang.

Saat menghembus nafas panjang ia tahu ia sedang menghembus nafas panjang.

Saat menarik nafas pendek ia tahu ia sedang menarik nafas pendek.

Saat menghembus nafas pendek ia tahu ia sedang menghembus nafas pendek.”

(Lv 2: Perhatian Penuh Pada 4 Postur Fisik/Iriyapatha)

KUNGFU MAGIS LANGKAH AJAIB TUJUH BINTANG

“Selanjutnya, seorang bhikku, saat ia berjalan ia tahu sedang berjalan, saat berdiri, ia tahu sedang berdiri, saat duduk ia tahu sedang duduk, saat ia berbaring ia tahu sedang berbaring.”

(Lv 3: Perhatian Penuh Pada Kejelasan Gerakan Fisik/Satisampajana)

ILMU BELADIRI VAJRAMUSTHI

“Selanjutnya, seorang bhikku,

Saat berjalan ke depan atau belakang, tahu yang ia lakukan.

Saat melihat ke depan atau belakang, tahu yang ia lakukan.

Saat menekuk atau mengulur, tahu yang ia lakukan.

Saat membawa perlengkapan bajunya dan peralatannya, tahu yang ia lakukan.

Saat makan, minum, kunyah, kecap, tahu yang ia lakukan.

Saat kencing atau berak, tahu yang ia lakukan.

Saat berjalan, berdiri, duduk, tidur, bangun, atau saat bicara atau diam, tahu yang ia lakukan.

Pokoknya sadar semua gerakan yang ia lakukan.

(Lv. 4: Perhatian Penuh Terhadap 32 bagian fisik/Kayagatasati)

ILMU RAWARONTEK

“Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu terhadap fisik, dari tapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah, yang terselubung kulit dan penuh kekotoran, ia mengamati begini:

‘Di fisik ini ada rambut,

Di fisik ini ada bulu,

Di fisik ini ada kuku,

Di fisik ini ada gigi,

Di fisik ini ada kulit,

Di fisik ini ada daging,

Di fisik ini ada otot,

Di fisik ini ada tulang,

Di fisik ini ada sumsum,

Di fisik ini ada ginjal,

Di fisik ini ada jantung,

Di fisik ini ada hati,

Di fisik ini ada diafragma,

Di fisik ini ada limpa,

Di fisik ini ada paru-paru,

Di fisik ini ada usus kecil,

Di fisik ini ada usus besar,

Di fisik ini ada makanan dalam lambung,

Di fisik ini ada tinja,

Di fisik ini ada otak,

Di fisik ini ada empedu,

Di fisik ini ada lendir,

Di fisik ini ada nanah,

Di fisik ini ada darah,

Di fisik ini ada keringat,

Di fisik ini ada lemak,

Di fisik ini ada airmata,

Di fisik ini ada minyak tubuh,

Di fisik ini ada ludah,

Di fisik ini ada kotoran hidung,

Di fisik ini ada minyak sendi,

Di fisik ini ada urin.’”

(Lv. 5: Perhatian Penuh Pada 4 Unsur/Dhatuvavattana)

KUNGFU HAN XUAN JHING THIAN ENERGY BUMI LANGIT

“Selanjutnya, seorang bhikku, mengamati:

‘Di fisik ini ada 4 unsur: tanah, air, api, udara‘.”

(Final lv: Perhatian Penuh Pada 9 jenis mayat/Sivathika)

KUNGFU MAGIS CAKAR TULANG PUTIH

“Selanjutnya, para bhikku,

Lv 1 Tinju Cakar Lohan Emas: Seorang bhikku yang melihat mayat yang membengkak dan membusuk, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.

Lv 2 Cakar Pemburu Serigala: Seorang bhikku yang melihat mayat yang dagingnya terkoyak-koyak, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu’.

Lv 3 Cakar Tulang Putih Tiada Tara: Seorang bhikku yang melihat mayat yang dagingnya terkuliti, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.

Lv 4 Cakar Roboh Gunung Hitam: Seorang bhikku yang melihat mayat yang dagingnya tercabik, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.

Lv 5 Cakar Mayat Tulang Putih: Seorang bhikku yang melihat mayat yang hampir tinggal kerangka, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.

Lv 6 Cakar Beruang Tulang Putih: Seorang bhikku yang melihat mayat yang tinggal kerangka patah, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.

Lv 7 Cakar Panjang Umur Tulang Putih: Seorang bhikku yang melihat mayat yang kerangkanya memutih, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.

Lv 8 Cakar Amuk Tulang Putih: Seorang bhikku yang melihat mayat yang berupa tumpukan tulang, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.

Final lv Cakar Pemusnah Tulang Putih: Seorang bhikku yang melihat mayat yang tulangnya menjadi debu, membandingkan fisik itu dengan fisiknya, sambil berpikir, ‘fisikku juga punya sifat-sifat yang sama dengannya, karena itu fisikku juga bisa menjadi seperti itu‘.”

Hasil:

“Demikianlah o bhikku, ia menyadari ada sebuah fisik pada dirinya yang berguna untuk kebutuhannya saja.

Demikianlah cara ia selalu bebas, tak melekat dengan apapun di dunia ini.

Demikianlah o bhikku, yang disebut melihat ‘fisik’ sebagai ‘fisik’.”

LV 2: PERHATIAN PENUH PADA PERASAAN (VEDANANUPASSANA). KUNGFU SAKTI BAJU BODHI [PENCERAHAN: JHANA 4]

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melakukan pemerhatian perasaan sebagai perasaan?”

“Dalam hal ini, seorang bhikkhu

Saat merasakan satu kesukaan, tahu bahwa ia sedang suka.

Saat merasakan satu kebencian, tahu bahwa ia sedang benci.

Saat merasa netral, tahu bahwa ia netral saja.

Saat merasa satu kenyamanan fisik, tahu bahwa ia sedang mengalami kenyamanan fisik.

Saat merasa satu kenyamanan mental, tahu bahwa ia sedang mengalami kenyamanan mental.

Saat merasa satu gangguan fisik, tahu bahwa ia sedang mengalami gangguan fisik.

Saat merasa satu gangguan mental, tahu bahwa ia sedang mengalami gangguan mental.

Saat merasa fisiknya netral saja, tahu bahwa fisiknya netral saja.

Saat merasa mentalnya netral, tahu bahwa mentalnya netral saja.”

Hasil:

“Demikianlah o bhikku, ia menyadari ada sebuah perasaan pada dirinya yang berguna untuk kebutuhannya saja.

Demikianlah cara ia selalu bebas, tak melekat dengan apapun di dunia ini.

Demikianlah o bhikku, yang disebut melihat ‘perasaan’ sebagai ‘perasaan’.”

LV 3: PERHATIAN PENUH PADA PIKIRAN (CITTANUPASSANA).

KUNGFU SUPERSAKTI TAPAK BUDDHA LV1-11 [PENCERAHAN: JHANA 5-8]

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melakukan pemerhatian pikiran sebagai pikiran?”

“Dalam hal ini, seorang bhikkhu tahu

Pikiran yang muncul sebagai pikiran bernafsu, sebagai pikiran bernafsu.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran suci, sebagai pikiran suci.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran membenci, sebagai pikiran membenci.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran mencinta, sebagai pikiran mencinta.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran sesat, sebagai pikiran sesat.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran pas, sebagai pikiran pas.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran ragu, sebagai pikiran ragu.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran teguh, sebagai pikiran teguh.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran mandeg, sebagai pikiran mandeg.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran maju, sebagai pikiran maju.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran picik, sebagai pikiran picik.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran mulia, sebagai pikiran mulia.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran mengambang, sebagai pikiran mengambang.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran terpusat, sebagai pikiran terpusat.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran buntu, sebagai pikiran buntu.

Pikiran yang muncul sebagai pikiran bebas, sebagai pikiran bebas.”

Hasil:

“Demikianlah o bhikku, ia menyadari ada sebuah pikiran pada dirinya yang berguna untuk kebutuhannya saja.

Demikianlah cara ia selalu bebas, tak melekat dengan apapun di dunia ini.

Demikianlah o bhikku, yang disebut melihat ‘pikiran’ sebagai ‘pikiran’.”

V

FINAL LEVEL :

PERHATIAN PENUH PADA AGAMA (DHAMMANUPASSANA). KUNGFU SUPERSAKTI TAPAK BUDDHA FINAL LEVEL [PENCERAHAN: JHANA 9]

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melakukan pemerhatian agama sebagai agama?”

(Lv. 1: Perhatian Penuh Pada 5 Rintangan Meditasi/Nivarana)

“Dalam hal ini o para bhikku,

Jika nafsu seks muncul di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa ada nafsu seks di dirinya.

Jika nafsu seks tak ada di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa tak ada nafsu seks di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya nafsu seks di dirinya.

Ia menyadari cara lenyapnya nafsu seks di dirinya.

Ia menyadari bagaimana nafsu seks yang sudah padam tak akan muncul lagi untuk seterusnya.”

“Jika niat jahat muncul di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa ada niat jahat di dirinya.

Jika niat jahat tak ada di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa tak ada niat jahat di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya niat jahat di dirinya.

Ia menyadari cara lenyapnya niat jahat di dirinya.

Ia menyadari bagaimana niat jahat yang sudah padam tak akan muncul lagi untuk seterusnya.”

“Jika kemalasan muncul di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa ada kemalasan di dirinya.

Jika kemalasan tak ada di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa tak ada kemalasan di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya kemalasan di dirinya.

Ia menyadari cara lenyapnya kemalasan di dirinya.

Ia menyadari bagaimana kemalasan yang sudah padam tak akan muncul lagi untuk seterusnya.”

“Jika kecemasan keresahan muncul di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa ada kecemasan keresahan di dirinya.

Jika kecemasan keresahan tak ada di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa tak ada kecemasan keresahan di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya kecemasan keresahan di dirinya.

Ia menyadari cara lenyapnya kecemasan keresahan di dirinya.

Ia menyadari bagaimana kecemasan keresahan yang sudah padam tak akan muncul lagi untuk seterusnya.”

“Jika keraguan muncul di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa ada keraguan di dirinya.

Jika keraguan tak ada di dirinya, seorang bhikku menyadari bahwa tak ada keraguan di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya keraguan di dirinya.

Ia menyadari cara lenyapnya keraguan di dirinya.

Ia menyadari bagaimana keraguan yang sudah padam tak akan muncul lagi untuk seterusnya.”

(Lv. 2: Perhatian Penuh Pada 5 Kelompok Kemelekatan/Khanda)

“Dalam hal ini seorang bhikku tahu,

Beginilah kesadaran, beginilah munculnya kesadaran, beginilah lenyapnya kesadaran.

Beginilah persepsi, beginilah munculnya persepsi, beginilah lenyapnya persepsi.

Beginilah dasar awal pikiran, beginilah munculnya dasar awal pikiran, beginilah lenyapnya dasar awal pikiran.

Beginilah perasaan, beginilah munculnya perasaan, beginilah lenyapnya perasaan.

Beginilah fisik, beginilah munculnya fisik, beginilah lenyapnya fisik.”

(Lv. 3: Perhatian Penuh Pada Belenggu Kesucian/Samyojana)

“Dalam hal ini seorang bhikku,

Mengetahui mata, mengetahui obyek-obyek penglihatan, mengetahui semua belenggu yang muncul dari kesadaran mata.

Ia menyadari awal timbulnya belenggu yang tadinya tak ada.

Ia menyadari cara lenyapnya belenggu yang mulai ada.

Ia menyadari bagaimana belenggu yang sudah lenyap tak akan muncul lagi untuk seterusnya.

Mengetahui telinga, mengetahui obyek-obyek pendengaran, mengetahui semua belenggu yang muncul dari kesadaran telinga.

Ia menyadari awal timbulnya belenggu yang tadinya tak ada.

Ia menyadari cara lenyapnya belenggu yang mulai ada.

Ia menyadari bagaimana belenggu yang sudah lenyap tak akan muncul lagi untuk seterusnya.

Mengetahui hidung, mengetahui obyek-obyek penciuman, mengetahui semua belenggu yang muncul dari kesadaran hidung.

Ia menyadari awal timbulnya belenggu yang tadinya tak ada.

Ia menyadari cara lenyapnya belenggu yang mulai ada.

Ia menyadari bagaimana belenggu yang sudah lenyap tak akan muncul lagi untuk seterusnya.

Mengetahui lidah, mengetahui obyek-obyek pengecapan, mengetahui semua belenggu yang muncul dari kesadaran lidah.

Ia menyadari awal timbulnya belenggu yang tadinya tak ada.

Ia menyadari cara lenyapnya belenggu yang mulai ada.

Ia menyadari bagaimana belenggu yang sudah lenyap tak akan muncul lagi untuk seterusnya.

Mengetahui fisik, mengetahui obyek-obyek perabaan, mengetahui semua belenggu yang muncul dari kesadaran fisik.

Ia menyadari awal timbulnya belenggu yang tadinya tak ada.

Ia menyadari cara lenyapnya belenggu yang mulai ada.

Ia menyadari bagaimana belenggu yang sudah lenyap tak akan muncul lagi untuk seterusnya.

Mengetahui pikiran, mengetahui obyek-obyek pemikiran, mengetahui semua belenggu yang muncul dari kesadaran pikiran.

Ia menyadari awal timbulnya belenggu yang tadinya tak ada.

Ia menyadari cara lenyapnya belenggu yang mulai ada.

Ia menyadari bagaimana belenggu yang sudah lenyap tak akan muncul lagi untuk seterusnya.

(Lv. 4: Perhatian Penuh Pada 7 Faktor Pencerahan/Bojjhanga)

“Dalam hal ini o para bhikku,

Jika faktor pencerahan kewaspadaan ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar ada kewaspadaan di dirinya.

Jika faktor pencerahan kewaspadaan tak ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar tak ada kewaspadaan di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya faktor pencerahan kewaspadaan di dirinya.

Ia menyadari saat faktor pencerahan kewaspadaan sudah sempurna di dirinya.

Jika faktor pencerahan investigasi ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar ada investigasi di dirinya.

Jika faktor pencerahan investigasi tak ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar tak ada investigasi di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya faktor pencerahan investigasi di dirinya.

Ia menyadari saat faktor pencerahan investigasi sudah sempurna di dirinya.

Jika faktor pencerahan energi ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar ada energi di dirinya.

Jika faktor pencerahan energi tak ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar tak ada energi di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya faktor pencerahan energi di dirinya.

Ia menyadari saat faktor pencerahan energi sudah sempurna di dirinya.

Jika faktor pencerahan gairah ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar ada gairah di dirinya.

Jika faktor pencerahan gairah tak ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar tak ada gairah di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya faktor pencerahan gairah di dirinya.

Ia menyadari saat faktor pencerahan gairah sudah sempurna di dirinya.

Jika faktor pencerahan ketenangan ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar ada ketenangan di dirinya.

Jika faktor pencerahan ketenangan tak ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar tak ada ketenangan di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya faktor pencerahan ketenangan di dirinya.

Ia meyadari saat faktor pencerahan ketenangan sudah sempurna di dirinya.

Jika faktor pencerahan konsentrasi ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar ada konsentrasi di dirinya.

Jika faktor pencerahan konsentrasi tak ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar tak ada konsentrasi di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya faktor pencerahan konsentrasi di dirinya.

Ia menyadari saat faktor pencerahan konsentrasi sudah sempurna di dirinya.

Jika faktor pencerahan konsentrasi ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar ada konsentrasi di dirinya.

Jika faktor pencerahan konsentrasi tak ada di dirinya, seorang bhikkhu sadar tak ada konsentrasi di dirinya.

Ia menyadari awal munculnya faktor pencerahan konsentrasi di dirinya.

Ia menyadari saat faktor pencerahan konsentrasi sudah sempurna di dirinya.

(Final lv: Perhatian Penuh Pada 4 Kebenaran Mulia/Sacca)

“Dalam hal ini seorang bhikku tahu,

‘rupanya inilah duka’.

‘rupanya inilah asal duka’.

‘rupanya inilah akhir duka’.

‘rupanya inilah jalan menuju akhir duka’.”

“Dan, o Para Bhikku, apa yang benar tentang duka?

Duka adalah:

a. Kelahiran, ketuaan, sakit (kesedihan, ratapan, kesakitan, ketaksukaan, keputusasaan), kematian.

b. Bertemu dengan yang dibenci.

c. Berpisah dengan yang disuka.

d. Tak mendapat yang diinginkan.

e. kemelekatan pada 5 kelompok tubuh.“

“Dan, kenapa para Bhikku, 5 kelompok tubuh disebut duka?

Kelompok fisik timbul dari kemelekatan.

Kelompok emosi timbul dari kemelekatan.

Kelompok persepsi timbul dari kemelekatan.

Kelompok dasar-dasar awal pikiran timbul dari kemelekatan.

Kelompok kesadaran timbul dari kemelekatan.”

“Lalu, para bhikku, apa yang benar tentang asal duka?

Adalah keinginan, yang menyebabkan kelahiran, terikat oleh suka dan nafsu.

Mencari 3 bentuk kepuasan:

1. Keinginan untuk memenuhi gelombang nafsu.

2. Keinginan untuk berkreasi dan menjadi diakui.

3. Keinginan untuk lenyap melalui paham Keberadaan (Brahmanism)”

“Lalu, para bhikku, apa yang benar dari saat akhir duka?

Adalah Nibbana/Penghabisan total dari keinginan.”

“Selanjutnya, para bhikku, apa yang benar tentang jalan menuju akhir duka?

Ia adalah: Pandangan Benar, Pikiran Benar,

Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar,

Usaha Benar, Perhatian Benar, Konsentrasi Benar.”

“Dan, para bhikku, apa Pandangan Benar?

Pandangan yang memahami 4 Kebenaran Mulia:

1. Kebenaran tentang penderitaan: Hidup membawa penderitaan

a. Penderitaan Fisik: 1. Lahir, 2. Tua, 3. Sakit, 4. Mati.

b. Penderitaan Mental: 1. Berpisah dengan yang disukai, 2. Bertemu dengan yang dibenci,

3. Keinginan tak tercapai, 4. Lima Kelompok Tubuh.

2. Kebenaran tentang sebab penderitaan: Kemelekatan pada Keinginan

a. Keinginan nafsu (kama tanha)

b. Keinginan untuk menjadi sesuatu (bhava tanha)

c. Keinginan untuk menjadi keberadaan/brahmanism (vibhava tanha)

3. Kebenaran tentang lenyapnya penderitaan: Nibbana (padamnya niat/keinginan)

4. Jalan menuju lenyapnya penderitaan: Jalan Mulia Berunsur 8.“

“Dan, para bhikku, apa Pikiran Benar?

Pikiran yang berBrahmavihara:

1. Metta = Pikiran penuh cinta tanpa batas.

2. Karuna = Pikiran yang tahu cara memenuhi kebutuhan makhluk lain.

3. Mudita = Pikiran yang tak menyimpan iri terhadap kebahagiaan orang lain.

4. Upekkha = Pikiran seimbang (tak ada senang dan susah).“

“Dan, para bhikku, apa Ucapan Benar?

1. Bebas kepalsuan (kebohongan dan kemunafikan).

2. Bebas hasutan (adu domba dan fitnah).

3. Bebas kekerasan (keras, kejam, meski menasehati tapi tak boleh dengan suara keras).

4. Bebas tetekbengek (yang tak perlu pun dibicarakan, cerewet).“

“Dan, para bhikku, apa Perbuatan Benar?

Perbuatan yang tak merugikan makhluk lain dan tak melanggar sila.“

“Dan, para bhikku, apa Penghidupan Benar?

1. Tak melibatkan penipuan.

2. Tak mengambil melebihi apa yang seharusnya diambil (korup, haram, menaikkan harga di luar kesepakatan pasar)

3. Tak melibatkan pembunuhan.

4. Tak melakukan 5 jenis perdagangan:

a. Menjual makhluk hidup untuk diperbudak.

b. Menjual atau berhubungan dengan persenjataan perang.

c. Menjual racun.

d. Menjual hewan untuk dipotong.

e. Menjual minuman keras.“

“Dan, para bhikku, apa Usaha Benar?

Usaha membersihkan tubuh dan mengembangkan kebijakan, yaitu:

1. Berusaha menghindari kejahatan yang belum ada pada mental.

2. Berusaha mengatasi kejahatan yang sudah ada pada mental.

3. Berusaha mengembangkan 7 faktor pencerahan agar kebaikan muncul pada mental:

1. Sati (perhatian penuh).

2. Dhamma vicaya (penyelidikan terhadap Dhamma).

3. Viriya (semangat).

4. Piti (kepuasan fisik).

5. Passadi (ketenangan).

6. Samadhi (konsentrasi).

7. Upekha (keseimbangan).

4. Berusaha menyempurnakan kebaikan yang sudah terwujud pada mental.“

“Dan, para bhikku, apa Perhatian Benar?

Perhatian yang didapat dari praktek Vipassana Bhavana (Pengembangan mental yang berdasarkan 4 landasan pengamatan), yaitu:

1. Pengamatan konsisten terhadap fisik (kayanupassana).

a. Mengamati masuk dan keluarnya nafas (anapanasati)

b. 4 postur (berdiri, duduk, berbaring, berjalan)

c. Perhatian dan kesadaran penuh (sati sampajanna)

d. Perenungan terhadap hal-hal menjijikkan (patikula sanna)

e. 4 unsur (dhatu)

f. Perenungan terhadap kematian

2. Pengamatan konsisten terhadap perasaan (vedananupassana).

a. Perasaan senang (somanassa)

b. Perasaan tak senang (domanassa)

c. Perasaan tenang seimbang (upekkha)

d. perasaan menyenangkan (sukkha)

e. perasaan yang tak menyenangkan (dukkha)

3. Pengamatan konsisten terhadap pikiran (cittanupassana).

a. Nafsu/suci.

b. Benci/cinta.

c. Sesat/pas.

d. Teguh/ragu.

e. Maju/mandeg.

f. Mulia/picik.

g. Terpusat/mengambang.

h. Bebas/buntu.

4. Pengamatan konsisten/penyidikan terhadap Dhamma (dhammanupassana).

a. 5 jenis rintangan meditasi (panca-nivarana)

b. 5 kelompok tubuh (pancakhanda)

c. 6 Landasan indra (ayatana)

d. 7 faktor pencerahan (Sapta Bojjhanga)

e. 4 kebenaran mulia ( kwarta ariya sacca)“

“ Dan, para bhikku, apakah Konsentrasi Benar itu ?

Konsentrasi yang didapat dari praktek Samatha Bhavana

(pengembangan mental berlandaskan 8 meditasi/jhana untuk ketenangan mental),

yaitu:

1: Vitakka, Vicara, Piti, Sukkha, Ekagatta.

2: Piti, Sukkha, Ekagatta.

3: Sukkha, Ekagatta.

4: Ekagatta.

5: Dasar Alam Tak Terbatas.

6: Dasar Kesadaran Tak Terbatas.

7: Dasar Ketiadaan.

8: Dasar Dari Bukan Persepsi Bukan Pula Non-Persepsi.

9: Lenyapnya Persepsi dan Harapan.“

Hasil: ===>>>Nibbana

“ Demikianlah O Bhikku, ia menyadari ada sebuah agama pada dirinya yang berguna untuk kebutuhannya saja.

Demikianlah cara ia selalu bebas, tak melekat dengan apapun di dunia ini.

Demikianlah O Bhikku, yang disebut

melihat hanyalah melihat;

mendengar hanyalah mendengar;

menyentuh hanyalah menyentuh;

smell something only smell it self;

taste some only tastefieing..

etc..

dsl...

Mario Teguh Super Note - BERDOA SEPENUH HATI, LALU BEKERJA SETENGAH HATI.


oleh Mario Teguh pada 17 Juni 2010 jam 9:18
Sahabat Indonesia yang super,
yang hatinya penyayang dan yang sejak kelahirannya berada dalam rencana-rencana baik Tuhan.

Adik-adik dan anak-anak saya yang hatinya baik,
yang sedang memisahkan teladan baik - dari contoh yang hanya melemahkan kehidupan.

Mudah-mudahan sapa saya di Kamis sore yang penuh renungan haru ini, menemui Anda dalam kedamaian dan kesehatan yang prima.

Setiap jiwa adalah jiwa yang dilahirkan dengan rezeki baik, yang pencapaian dari kesejahteraan dan kebahagiaannya patuh kepada kesungguhannya sendiri untuk menjadi pribadi yang jujur, yang bekerja keras, dan yang bekerja bagi kebaikan sesama.

Sudah lama saya ingin meminta ini kepada Anda, dan saya berharap Anda mengijinkan saya untuk memintanya sekarang; dan ijinkanlah saya menyampaikannya dengan kalimat-kalimat yang seperti berikut ini:

...........


Sahabat baikku yang dititipkan oleh ibumu kepada ibuku,
agar aku melebihkan perhatianku kepadamu,

Dapatkah engkau - untuk sebentar saja, menghentikan kekhawatiran dan ketakutanmu bahwa masa depan tidak akan menyediakan rezeki dan kedamaian yang baik bagimu?

Dapatkah engkau - untuk sejenak saja, menghentikan keinginan untuk menjelaskan kepada orang lain bahwa engkau adalah orang baik, bahwa niat-niatmu baik, dan bahwa sebetulnya engkau orang baik?

Dapatkah engkau – untuk sesaat saja, menghilangkan keinginan dan permintaan kepada Tuhan agar orang-orang jahat dan culas yang mengancam kebaikan hidupmu itu dibalas dengan hukuman yang setimpal?

Dapatkah engkau – sekarang, betul-betul ikhlas dan mendamaikan diri bahwa tidak ada apa pun yang bisa terjadi kepadamu, tanpa ijin Tuhan?

Dan bahwa semua yang terjadi, diijinkan oleh Tuhan untuk menjadi penyebab dan penuntun menuju kebaikan hidupmu?

Dan bahwa keburukan yang terjadi kepadamu, adalah keburukan yang digunakan oleh Tuhan untuk menyebabkan kebaikan pada diri dan kehidupanmu?

Dan bahwa tidak ada apa dan siapa pun yang bisa menghalangi kehendak Tuhan untuk menyejahterakan dan membahagiakanmu?

Dan bahwa engkau adalah jiwa yang sangat dikasihi oleh Tuhan?

Dan bahwa Tuhan sangat merindukan kedekatan denganmu?

Dan bahwa Tuhan sedang menantikan keindahan dari rasa bersandarnya kepalamu yang letih itu di pangkuan Tuhan?

Tidakkah engkau tahu bahwa Tuhan sangat merindukan suara-suara manja mu,
yang meratap menyalahkan ini dan itu,
yang sedih karena perlakuan dari dia dan mereka,
yang mengeluhkan kekurangan ini dan itu,
yang memprotes kelebihan orang itu dan mereka,
yang bersedih tanpa sebab,
yang merasa ragu dan ketakutan mengenai hal-hal yang tak akan terjadi,
yang memanggil-manggil nama Tuhan dari pangkuan Tuhan,
yang menyesali keputusan Tuhan,
dan yang mempertanyakan keadilan Tuhan?

Tidakkah engkau tahu bahwa Tuhan tersenyum untuk semua itu?

Tuhan sangat mengasihimu, dengan semua ke-Maha-an kasih sayang-Nya.

Ketahuilah bahwa tidak ada yang dapat kau lakukan kepada Tuhan, yang dapat melukai-Nya.
Tetapi, engkau juga harus mengetahui bahwa Tuhan-mu Yang Maha Pengasih itu, sering kau minta menyaksikan dirimu sedang menyiksa dirimu sendiri.

Saudaraku yang jiwanya sedang melembut dan berpendar dengan pengertian-pengertian baik,

Engkau sudah lama bermanja-manja dan meminta kepada Tuhan, dan yang sebetulnya sudah saatnya engkau menerima hadiah-hadiah bagi keikhlasan dan kesabaranmu,

Bolehkah aku mengingatkanmu,
yang juga menegaskan keharusan yang sama bagi diriku sendiri,
tentang sebuah nasehat yang kudengar di relung hatiku,
saat hidung jiwaku mereguk aroma dupa dari tanah suci,
yang kunaikkan bersama lantunan puja dan puji bagi kemuliaan Tuhan Yang Maha Suci?

Nasehat itu, …

Janganlah engkau berdoa dengan sepenuh hati,
lalu bekerja dengan setengah hati.
Lalu mengeluh sepenuh hati,
karena perlakuan hidup yang setengah hati.


Maka,

Janganlah kita mengharapkan sebuah kehidupan yang penuh,
dengan kesediaan untuk bekerja hanya dengan hati yang setengah penuh.


Marilah kita mencukupkan syarat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang kita inginkan.

Marilah kita bekerja dengan kesungguhan yang sesuai dengan kesungguhan doa dan permintaan kita.

Ketahuilah, bahwa ...

Ada hukum kepantasan bagi segala sesuatu, maka ia yang memperbaiki diri akan menjadi pantas bagi kehidupan yang terperbaiki.

Maka terimalah ini dengan ikhlas, bahwa …

Kepantasan untuk berhasil selalu mendahului keberhasilan.

Marilah kita berpikir, bersikap, dan berlaku untuk memantaskan diri bagi apa pun yang ingin kita capai.

………..


Sahabat saya yang hatinya baik,

Begitu dulu ya?

Mudah-mudahan catatan sederhana di atas dapat menemani Anda dalam mengisi keindahan sore ini dengan kejujuran, dengan kerja keras, dan dengan kesungguhan untuk bekerja bagi kebaikan sesama.

Mudah-mudahan Tuhan menguatkan Anda untuk merampungkan sebesar-besarnya tugas Anda, dan memudahkan Anda untuk menjadi pribadi yang ikhlas, yang sabar, dan yang setia kepada jalan-jalan yang benar.

Mudah-mudahan rezeki Anda mudah, keuntungan Anda besar, dan mudah-mudahan Tuhan selalu memelihara kesehatan dan keamanan kehidupan Anda bersama keluarga terkasih.


Sampai kita bertemu suatu ketika nanti ya? agar kita bisa berjabat-tangan, berbincang kangen-kangenan sebagai sahabat dan saudara dalam kebaikan.

Mohon disampaikan salam sayang dari Ibu Linna dan saya, untuk keluarga Anda terkasih.